Jakarta, 13 Oktober 2025 (CVTOGEL) — Kementerian Perindustrian (Kemenperin) memastikan terus mengawal pembentukan dan operasional. Bank emas (bank bullion) agar benar-benar memberi kemudahan akses bahan baku dan pembiayaan. Bagi Industri Kecil dan Menengah (IKM) di sektor perhiasan. Langkah ini diharapkan mampu memperkuat daya saing industri perhiasan nasional, sekaligus mendukung target Indonesia masuk 10 besar produsen perhiasan dunia.


Dukung Akses Bahan Baku dan Pembiayaan IKM

Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah, dan Aneka (IKMA) Kemenperin, Reni Yanita, menyampaikan bahwa bank emas merupakan terobosan penting dalam membangun ekosistem industri logam mulia nasional. Melalui lembaga ini, pelaku IKM dapat memperoleh kemudahan dalam mengakses bahan baku emas, serta pembiayaan berbasis emas tanpa perlu tergantung pada pasar luar negeri.

“Kemenperin akan terus mengawal agar bank emas benar-benar dapat menjadi solusi bagi pelaku IKM perhiasan, bukan hanya institusi finansial, tetapi juga mitra penggerak industri,” ujar Reni, dikutip dari Antara News.

Pembentukan bank emas telah mulai direalisasikan sejak awal 2025 melalui kerja sama lintas kementerian dan lembaga, termasuk Bank Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan (OJK), serta asosiasi industri perhiasan nasional.


Program Pendukung Kemenperin

Selain mendukung pendirian bank emas, Kemenperin juga menjalankan sejumlah program untuk memperkuat sektor IKM perhiasan, antara lain:

  • Program e-Smart IKM guna mendorong digitalisasi pemasaran produk perhiasan lokal.

  • Business matching melalui Indonesia Trade Promotion Center (ITPC) dan atase perdagangan di berbagai negara.

  • Restrukturisasi mesin dan peralatan produksi agar IKM mampu menghasilkan produk berkualitas tinggi dengan efisiensi lebih baik.

  • Fasilitasi partisipasi pameran dalam dan luar negeri untuk memperluas pasar ekspor produk perhiasan nasional.


Kinerja Ekspor Terus Meningkat

Kemenperin mencatat, ekspor perhiasan dan barang berharga Indonesia pada periode Januari–Juni 2025 mencapai USD 4,05 miliar, meningkat sekitar 23 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Hingga Juli 2025, pertumbuhan ekspor bahkan mencapai 37 persen secara tahunan, menunjukkan tren positif di tengah fluktuasi harga emas global.

Pertumbuhan ekspor ini didorong oleh meningkatnya permintaan dari pasar utama seperti Amerika Serikat, Uni Emirat Arab, dan Singapura. Kemenperin menilai, jika dukungan bahan baku dan pembiayaan lewat bank emas berjalan optimal, kontribusi industri perhiasan terhadap devisa negara akan meningkat signifikan.


Tantangan dan Strategi Hilirisasi

Meski prospeknya cerah, industri perhiasan nasional masih menghadapi beberapa tantangan, antara lain fluktuasi harga emas global, ketergantungan terhadap impor bahan baku emas, serta keterbatasan akses pembiayaan bagi pelaku IKM.

Untuk mengatasi hal tersebut, Kemenperin mendorong penerapan strategi hilirisasi industri logam mulia. Upaya ini mencakup pengembangan produksi emas granula di dalam negeri, peningkatan kapasitas refineri emas lokal, dan penyesuaian kadar emas perhiasan (misalnya 14 karat atau 12 karat) agar produk lebih kompetitif di pasar global.


Peran Bank Emas dalam Ekosistem Industri

Bank emas nantinya akan berfungsi sebagai pembeli siaga (standby buyer) bahan baku emas domestik sekaligus penyedia pembiayaan berbasis logam mulia. Kemenperin menekankan bahwa keberhasilan implementasi bank emas sangat bergantung pada:

  1. Kemudahan akses bagi IKM, termasuk persyaratan administrasi yang sederhana.

  2. Transparansi harga dan selisih jual-beli (spread) yang adil bagi pelaku usaha kecil.

  3. Infrastruktur logistik dan digital agar IKM di daerah terpencil dapat dijangkau.

  4. Edukasi dan sosialisasi agar pelaku IKM memahami mekanisme transaksi emas secara aman dan efisien.

Kehadiran bank emas diharapkan dapat memperkuat stabilitas moneter sekaligus mendukung pertumbuhan ekonomi melalui sektor industri kreatif berbasis emas dan perhiasan.


Menuju Indonesia Emas 2045

Kemenperin optimistis bahwa dengan dukungan sistem keuangan berbasis emas yang inklusif, serta penguatan ekosistem industri perhiasan nasional, Indonesia dapat menjadi salah satu pemain utama di pasar global.

“Kami ingin IKM perhiasan Indonesia tidak hanya menjadi pengrajin, tetapi juga pelaku industri yang mandiri, modern, dan berdaya saing global,” tegas Reni.

Dengan berbagai langkah tersebut, bank emas menjadi simbol komitmen pemerintah dalam mewujudkan “Indonesia Emas 2045”, di mana sektor industri kreatif dan manufaktur bernilai tambah menjadi salah satu pilar utama ekonomi nasional.