Shizuoka, Jepang (cvtogel)– Penerapan sejumlah aturan baru di Gunung Fuji terbukti efektif menekan angka kecelakaan dan kasus darurat di kalangan pendaki. Langkah-langkah yang mulai diterapkan sejak musim pendakian tahun ini membawa perubahan signifikan terhadap keselamatan para pengunjung gunung tertinggi di Jepang itu.

Menurut laporan Antara News yang mengutip data dari Pemerintah Prefektur Shizuoka, jumlah pendaki yang membutuhkan bantuan penyelamatan menurun drastis dari 64 orang pada musim sebelumnya menjadi hanya 36 orang tahun ini — atau berkurang sekitar 44 persen. Bahkan, tidak ada korban jiwa yang dilaporkan selama musim pendakian berlangsung, dibandingkan enam kematian pada tahun sebelumnya.


Aturan Ketat Demi Keselamatan

Untuk meningkatkan keamanan, pihak berwenang memberlakukan sejumlah peraturan baru di berbagai jalur pendakian Gunung Fuji, di antaranya:

  • Registrasi wajib dan izin awal melalui aplikasi Shizuoka Fuji Navi bagi pendaki yang melewati jalur Fujinomiya, Gotemba, dan Subashiri.

  • Biaya pendakian dinaikkan menjadi ¥4.000 (sekitar Rp 437.000) per orang.

  • Larangan mendaki pada malam hari, yakni antara pukul 14.00 hingga 03.00, kecuali bagi mereka yang telah memesan pondok gunung.

  • Pembatasan perlengkapan: petugas berhak menolak pendaki yang mengenakan sandal, pakaian tidak memadai, atau membawa peralatan yang tidak sesuai standar keselamatan.

  • Kuota harian 4.000 pendaki pada jalur Yoshida, serta pemasangan pintu gerbang otomatis yang menutup jalur pada jam tertentu untuk mencegah pendakian tanpa istirahat (bullet climbing).

Langkah-langkah tersebut dilakukan menyusul kekhawatiran terhadap meningkatnya jumlah pendaki yang mencoba menaklukkan Fuji tanpa persiapan matang, terutama wisatawan asing yang sering kali mendaki di malam hari atau tanpa peralatan memadai.


Dampak Positif Terlihat Nyata

Meski jumlah pendaki tetap tinggi — sekitar 84.000 orang dari Juli hingga September — jumlah kecelakaan dan operasi penyelamatan menurun signifikan. Otoritas menyebut bahwa penegakan aturan baru serta edukasi melalui platform digital dan media sosial berperan besar dalam peningkatan disiplin pendaki.

Pemerintah daerah juga melaporkan peningkatan kesadaran para pendaki untuk memesan pondok gunung sebelum naik, serta kepatuhan terhadap larangan mendaki pada waktu berisiko tinggi.


Tantangan Masih Ada

Namun demikian, sejumlah tantangan masih dihadapi otoritas Jepang. Aturan ini hanya berlaku selama musim pendakian resmi (1 Juli – 10 September). Di luar musim tersebut, masih ada pendaki yang mencoba naik secara ilegal meski kondisi cuaca ekstrem dan fasilitas keselamatan ditutup.

Selain itu, perbedaan kebijakan antara Prefektur Yamanashi dan Shizuoka membuat koordinasi lapangan terkadang tidak seragam. Pengawasan terhadap perlengkapan pendaki juga memerlukan sumber daya manusia tambahan agar aturan dapat dijalankan dengan konsisten.


Kesimpulan

Dengan kombinasi kebijakan ketat, sistem pendaftaran digital, dan pembatasan jumlah pendaki, Gunung Fuji kini menjadi contoh pengelolaan wisata alam yang lebih aman dan berkelanjutan. Pemerintah Jepang berharap model ini bisa diterapkan pula di destinasi pegunungan lain yang menghadapi risiko serupa.

“Tujuan utama kami bukan membatasi orang untuk menikmati Fuji, melainkan memastikan setiap pendaki bisa turun dengan selamat,” ujar seorang pejabat Shizuoka dalam pernyataannya yang dikutip Antara News.