Banjarbaru, 24 Agustus 2025 (cvtogel) – Pulau Curiak, Barito Kuala, Kalimantan Selatan, semakin mendapat perhatian dunia internasional sebagai pusat konservasi bekantan (Nasalis larvatus). Setelah sebelumnya sejumlah akademisi Jepang dan Australia berkunjung, kini beredar kabar peneliti dari Wageningen University & Research (WUR), Belanda, juga melakukan studi di kawasan ini.

Penelitian Internasional di Pulau Curiak

Pulau Curiak menjadi rumah bagi Stasiun Riset Bekantan yang dikelola Yayasan Sahabat Bekantan Indonesia (SBI). Kawasan lahan basah ini tidak hanya berfungsi sebagai habitat alami bekantan, tetapi juga menjadi laboratorium hidup bagi ilmuwan internasional.

Sebelumnya, peneliti dari Utsunomiya University, Jepang, datang untuk mempelajari konservasi bekantan sekaligus restorasi ekosistem lahan basah. Mereka mengapresiasi fasilitas penelitian dan keterlibatan masyarakat dalam menjaga keberlanjutan lingkungan.

Selain itu, dua pakar primata dunia, Prof. Ikki Matsuda (Kyoto University, Jepang) dan Prof. Charles (University of Newcastle, Australia), juga mengunjungi Pulau Curiak pada 2024. Keduanya menilai upaya konservasi yang dilakukan di stasiun riset ini sebagai langkah penting menjaga populasi bekantan yang kini berstatus terancam punah.

Isu Kehadiran Peneliti Belanda

Beberapa sumber lokal menyebutkan adanya keterlibatan peneliti dari Wageningen University, Belanda, dalam penelitian terbaru di Pulau Curiak. Namun hingga kini, kabar tersebut belum dikonfirmasi secara resmi oleh media arus utama maupun publikasi akademis. Meski begitu, perhatian dari lembaga riset kelas dunia seperti WUR menunjukkan potensi Pulau Curiak sebagai pusat studi ekologi tropis yang semakin diakui global.

Upaya Konservasi Berkelanjutan

Konservasi di Pulau Curiak tidak hanya fokus pada penyelamatan bekantan, tetapi juga pada restorasi hutan mangrove rambai yang menjadi sumber pakan utama primata berhidung panjang itu. Masyarakat sekitar turut diberdayakan melalui kegiatan ekowisata berbasis konservasi, sehingga manfaat ekonomi dapat berjalan seiring dengan pelestarian lingkungan.


Kesimpulan: Pulau Curiak kini menjadi destinasi riset internasional. Kunjungan peneliti Jepang dan Australia sudah terkonfirmasi, sementara kabar tentang peneliti Belanda dari Wageningen University masih menunggu klarifikasi resmi. Meski demikian, sorotan global ini memperkuat posisi Pulau Curiak sebagai laboratorium alam penting untuk konservasi bekantan dan ekosistem lahan basah di Kalimantan.